Selasa, 04 November 2014
Pena Merah: RPP Titrasi Asam Basa
Pena Merah: RPP Titrasi Asam Basa: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA N 2 Lipunoto Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/Dua ...
Pena Merah: Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap
Pena Merah: Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap: DESTILASI ZAT CAIR (Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap) ...
Pena Merah: Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap
Pena Merah: Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap: DESTILASI ZAT CAIR (Destilasi Sederhana dan Destilasi Uap) ...
Pena Merah: Pena Merah: ANALISIS ANION KATION
Pena Merah: Pena Merah: ANALISIS ANION KATION: Pena Merah: ANALISIS ANION KATION : 1. Tujuan Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan kualitatif sampel atau bahan pra...
Pena Merah: ANALISIS ANION KATION
Pena Merah: ANALISIS ANION KATION: 1. Tujuan Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan kualitatif sampel atau bahan praktikum 2. Dasar Teori ...
ANALISIS ANION KATION
1.
Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan
kualitatif sampel atau bahan praktikum
2.
Dasar Teori
[1]Kimia
analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara
melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. Pada dasarnya
konsep analisis kimia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis kimia yang
berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau bahan yang tidak diketahui.
Sedangkan analisis kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan
jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sampel (contoh).
Ada dua aspek penting dalam analisis kimia cara
kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh
kelarutan, keasaman, pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat
penguapan dan ekstraksi. Pada dasarnya, sebelum suatu bahan dianalisis secara
kuantitatif, perlu dilakukan terlebih dahulu analisis kualitatif. Setelah
melakukan analisis kualitatif maka diketahui komponen apa atau pengotor apa
dalam sampel tertentu, hal ini seringkali diperlukan informasi tambahan
mengenai berapa banyaknya masing-masing komponen atau pengotor tersebut.
Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui
kuantitas dari setiap komponen yang menyusun analit. Analisis kuantitif
menghasilkan data numerik yang memiliki satuan tertentu. Data hasil analisis
kuantitatif umumnya dinyatakan dalam satuan volume, satuan berat maupun satuan
konsentrasi dengan menggunakan metode analisis tertentu. Beberapa
teknik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar
empat hal, yaitu pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk
menyempurnakan suatu reaksi atau banyaknya hasil reaksi yang terbentuk, pengukuran
besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri), pengukuran
sifat optis (pengukuran absorbans) dan terakhir kombinasi dari 1 dan 2 atau 1
dan 3.
[2]Suatu
analisa kimia sebenarnya terdiri atas empat langkah utama, yaitu; pertama pengambilan
atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel yang mewakili
dari bahan yang akan dianalisis.Kemudian mengubah analitnya menjadi suatu
bentuk yang sesusi untuk pengukuran. Selanjutnya melakukan pengukuran. Dan terakhir perhitungan
dan penafsiran pengukuran.
[3]Analisis
kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis gravimetri dan
titrimetri. Dalam analisis gravimetri,
zat yang akan ditentukan diubah ke dalam bentuk endapan yang sukar larut,
selanjutnya dipisah dan ditimbang.
Sedangkan analisis titrimetri yang sering disebut analisis volumetri, zat
yang akan ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang diketahui
sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut yang
diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur. Selain kedua metode
analisis tersebut diatas, dalam
analisis dasar ini akan dipelajari pula metode spektroskopi absorbsi.
[4]Analisa kualitatif merupakan
salah satu cara yang paling efektik utuk mempelajari kimia dan unsur-unsur
serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode kualitatif kita menggunakan
beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Kedua
pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan.
Adapun jenis analisis yang sering digunakan yaitu analisis semimikro. Hal ini
karena adanya keuntungan pada analisis semimikro. Adapun keuntungan analisis
semimikro yaitu penggunaan zat yang sedikit, kecepatan analisis tinggi, ketajaman
pemisahan yang meningkat, penggunaan asam sulfida lebih sedikit, dan dapat
menghemat peralatan.
[5]Analisis
kualitatif dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu reaksi
kering dan reaksi basah. Cara kering biasanya digunakan pada zat padat,
sedangkan cara basah digunakan pada zat cair (larutan) yang kebanyakan
menggunakan pelarut air. Cara kering hanya menyediakan informasi yang
diperlukan dan informasi tersebut bersifat jangka pendek. Untuk uji reaksi kering metode
yang sering dilakukan tiga, yaitu pertama reaksi nyala dengan kawat nikrom.
Biasanya dilakukan dengan cara sedikit zat dilarutkan ke dalam HCl pekat,
diatas kaca arloji kemudian dicelupkan kedalamnya, kawat nikrom yang bermata
kecil yang telah bersih kemudian dibakar diatas nyala oksidasi. Kedua reaksi
nyala beilshein. Biasanya dilakukan
dengan cara kawat tembaga yang telah bersih dipijarkan diatas nyala oksida
sampai nyala hijau hilang. Apabila ada halogen maka nyala yang terjadi berwarna
hijau. Ketiga reaksi
nyala untuk borat. Dilakukan dengan cara cawan porselin sedikit zat padat
ditambahkan asam sulfat pekat dan beberapa tetes metanol, kemudian dinyalakan
ditempat gelap. Apabila ada borat akan timbul warna hijau. Sedangkan
cara basah dapat digunakan untuk analisis makro, semimakro,
dan mikro sehingga banyak keuntungan yang didapat, misalnya reaksi terjadi
dengan cepat dan mudah dikerjakan. Perubahan yang terjadi pada cara
basah adalah terjadinya endapan, perubahan warna larutan, dan timbulnya
gas. Kation biasanya bereaksi dengan reagen tertentu yang ditandai dengan
terbentuknya endapan atau tidak. Jadi, bisa dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat
dari kation tersebut. Kation
adalah ion yang bermuatan positif,ada juga pengertian lain yaitu atom yang
bermutan positif jika kekurangan elektron. Anion adalah ion yang bermuatan
positif, dan bisa juga di artikan atom yang bermuatan negatif jika kelebihan
elektron.
[6]Untuk
tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan kedalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagen, kation
terbagi menjadi lima golongan, yaitu: Golongan
I yang membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion - ion yang termasuk dalam
golongan ini adalah timbal(I), raksa
(I) dan
perak(I).
Golongan II yaitu kation yang tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi akan
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer.
Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium(I), tembaga, bismut, kadmium,
arsenic(III), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(IV). Golongan III
yaitu golongan yangmembentuk endapan dengan ammonium sulfit dalam suasana
netral . Kation golongan ini antara lain nikel (II), besi (II), kromium(III), alumunium,
zink, mangan(II),kobalt (II), bes
(III). Golongan IV akan membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan
adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation golongan
ini adalah kalsium, stronsium dan barium. Golongan
V merupakan kation-kation yang umum, dan biasa disebut juga golongan sisa
karena tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi golongan sebelumnya. Ion kation
yang termasuk dalam golongan ini antara lain magnesium, natrium, kalium amonium,
litium, dan hidrogen. Sedangkan anion umumnya dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu golongan sulfat; SO42-, SO32-,
PO43-, Cr2O42-, BO2-,
CO32-, C2O42- , AsO43-
, golongan halida; Cl- , Br- , I- , S2-
dan golongan
nitrat; NO3- , NO2- , C2H3O2-.
[7]Untuk menganalisis anion kation
ada beberapa tahapan yang bisa kita lakukan yaitu pertama uji pendahuluan yang bertujuan
untuk memperkirakan dan memberi arah sehingga memperoleh gambaran terhadap
contoh sampel yang ingin di ketahui atau uji. Setelah uji pendahuluan,
dilakukan organoleptis (menggunakan
panca indra) yang di uji biasanya berupa bentuk,warna,bau dan rasa. Tahap
selanjutnya uji sifat fisik,yaitu berupa kelarutan,keasaman,sublimasi. Kemudian
melakukan mikroskopis, yaitu melihat bentuk kristal senyawa uji yang khas di
bawah mikroskop, dan terakhir reaksi nyala (Flame
Test) di lakukan dengan cara menggunakan kawat Pt atau Nicrom yang di bakar
di atas api bunsen atau api oksidasi.
[8]Analisis
campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam
golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masig-masing golongan kedalam sub
golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan
perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan
mengendapkan. Setelah
ion-ion ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan
tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam
setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu
memungkinkan terpisah golongan ini.
Analisis anion dilakukan dengan mengamati perubahan spesifik dari sampel yang
diuji meliputi perubahan warna, terjadinya gas/bau dari sampel yang diuji, ketika
penambahan asam sulfat encer atau pekat. Untuk menganalisis anion dalam
larutan, maka harus bebas dari logam berat dengan cara menambah larutan Na2CO3
jenuh, lalu dididihkan. Dalam hal ini logam-logam tersebut akan terlarutkan
sebagai garam karbonat, sedangkan anionnya terlarut sebagai garam natrium.
[9]Beberapa
metode analisis kimia yang biasa digunakan, baik yang konvensional maupun yang menggunakan
instrumen adalah gravimetri,
titrasi,
ekstraksi, kromatogarfi elektro analisis kimia dan spektrofotometri.
Titrasi (volumetri) meliputi titrasi asam basa, pengendapan, pembentukan
kompleks, dan oksidasi reduksi. Elektro analisis kimia, meliputi polarografi,
potensiometri, konduktometri dan spektrofotometri yang meliputi
spektrofotometri sinar tampak (visibel), sinar UV, sinar Infra merah (IR),
serapan atom.
[10]Metode yang baik dalam suatu
analisis kuantitatif seharusnya memenuhi kriteria yaitu: peka (sensitive), presisi (precise), akurat (accurate), selektif, dan praktis. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan
kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar
zat-zat beracun, metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya. Presisi (precise), artinya dalam suatu seri
pengukuran (penetapan) dapat diperoleh hasil yang satu sama yang lain hampir
sama. Akurat (accurate), artinya
metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean)
yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya (true
value). Selektif, artinya untuk penetapan kadar suatu senyawa
tertentu, metode tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain
yang ada. Praktis, artinya mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan
waktu dan biaya. Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat di atas
hampir tidak mungkin kita peroleh, sehingga perlu kita pilih kriteria yang
sesuai dengan keadaan sampel yang kita uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode analisis adalah tujuan analisis, macam dan jumlah bahan yang
dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan, lamanya waktu yang
diperlukan untuk analisis, dan peralatan yang tersedia. Adapun dalam analisis
kualitatif, reaksi pengendapan sangat berpengaruh.
Banyak
reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan
warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan
atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu
jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi
seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Kenaikan suhu
umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan,
seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini
dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Umumnya kelarutan endapan
berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini
dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi
penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan eek yang
sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan
kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut. Perubahan kelarutan
karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting dalam analisis
kualitatif. Jika hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu
endapan, maka akan terbentuk endapan.
3.
Alat dan Bahan
3.1 Alat
Tabel 1. Alat yang Digunakan
Beserta Fungsinya
NO
|
Nama Alat
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Pipet
Tetes
|
|
Untuk mengambil larutan
dalam jumlah yang sedikit
|
2.
|
Tabung Reaksi
|
|
Sebagai tempat pereaksi
dua zat atau lebih
|
3.
|
Rak Tabung Reaksi
|
|
Sebagai tempat tabung
reaksi
|
4.
|
Botol Reagen
|
Untuk menyimpan reagen
|
3.2 Bahan
Tabel 2. Sifat Fisik dan
Kimia Bahan
NO
|
Bahan
|
Sifat
Fisik
|
Sifat kimia
|
1
|
HCl
|
·
Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
·
Titik leleh : -1010C
·
Energi ionisasi : 1250 kj/mol
·
Kalor jenis : 0,115 kal/gr
·
Pada suhu kamar, HCl berbentuk gas yang tak
berwarna
·
Berbau tajam.
|
·
HCl akan berasap tebal di udara lembab
·
Gasnya berwarna kuning kehijauan dan berbau
merangsang
·
Dapat larut dalam alkali hidroksida, kloroform,
dan eter
·
Merupakan oksidator kuat
·
Berafinitas besar sekali terhadap unsur-unsur
lainnya, sehingga dapat
|
2
|
NH3
|
· Tak
berwarna
·
Densitas
0.86 kg/m3.
|
·
Larut
dalam air, beracun, korosif, kebasaan pKb 4.75.
|
3
|
Na2CO3
|
·
Padatan Kristal Berwarna putih
·
Titik Lebur 851°C
·
Densitas (anhydrous) : pada 20°C 2.5 Kg/L
·
Densitas (Dekahidrat) : pada 20°C 1.4 Kg/L
·
Nama Dagang : Soda Hablur /
|
·
Mudah Melapuk oleh udara
·
Beracun
·
Dapat digunakan sebagai pembersih
·
Pelunak Air sadah
·
Pereksi dalam pembuatan Kaca
|
4
|
K2CrO4
|
·
Titik lebur 917˚C
·
Padatan berwarna Kuning
·
Densitas pada suhu 20˚C 1.9
|
·
Pereaksi Analis dan untuk Pigmen
·
Mudah bereaksi dengan Air
·
Larutan Basa
·
Beracun
·
Dapat diisolasi
|
5
|
H2SO4
|
·
Rumus molekul : H2SO4
·
Berat molekul : 98,08
gr/mol
·
Densitas : 1,84 gr/ml
·
Berupa cairan bening,
tak berwarna, dan tak berbau
|
·
Asam
Kuat
|
6
|
KI
|
·
kelarutan
dalam air 140 g/100 mL (20 °C)
|
·
larut
dalam aseton, salkohol, dan ammonia
|
7
|
KCN
|
·
Warna
putih redup
·
densitas
1.52 g/cm3
·
titik
leleh 634.5 °C
|
·
Merupakan
ikatan ionik antara K+ dan CN-
·
larut
dalam air, metanol, dan gliserol
·
Sangat
beracun
|
8
|
NH4OH
|
·
tak
berwarna
·
kerapatan
0.91 g/cm3 (25 %) 0.88 g/cm3 (32 %)
|
·
Korosif
·
larut
dalam air
|
9
|
AgNO3
|
·
Padatan kristal tidak
berwarna
·
titik leleh: 59°C
·
titik didih: 97°C
·
densitas: 1,82.
|
·
Larut dalam air
·
Merupakan Garam
·
Oksidator Kuat
·
Dapat diisolasi
·
Beracun
|
4. Prosedur
Kerja
4.1 Sampel
A
+ NH4OH + NaOH + NaOH lebih dipanaskan + KNO2
|
|
|
|
|
4.2
Sampel B
+ NH4OH lebih + NH3 + NaOH +
KSCN + KI
|
|
|
|
|
+
HCl + NH3
lebih +NaOH lebih
|
|
|
|
4.3
Sampel
C
|
+ NaOH + NH4OH
|
|
|
4.4
Sampel
D
|
+K2CrO4
|
+H2SO4
2M
|
|
-
dimasukkan kedalam tabung reaksi
-disambungkan
dengan pipa pengalir
-tabung
sampel dipanaskan
|
|
4.5 Sampel E
|
+ NaOH 2 M + (NH4)2CO3 + NaOH + NH4OH + NH3
|
|
|
|
|
+ NaOH lebih +
HCl
|
|
|
4.6
Sampel F
|
|
|
|
|
|
|
|
4.7
|
|
|
|
4.8
Sampel H
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Hasil
Pengamatan
5.1
Sampel A
|
+ NH4OH + NaOH + NaOH lebih dipanaskan + KNO2
|
|
|
|
|
5.2
|
+
NH4OH lebih + NH3 +
NaOH +
KSCN + KI
|
|
|
|
|
+
HCl + NH3
lebih +NaOH lebih
|
|
|
|
5.3 Sampel C
|
+ NaOH + NH4OH
|
|
|
5.4 Sampel D
|
+K2CrO4
|
+H2SO4 2M
|
|
- memasukkan kedalam tabung reaksi
-menyambungkan dengan pipa pengalir
-memanaskan tabung sampel
|
|
5.5 Sampel E
+ NaOH 2 M + (NH4)2CO3 + NaOH + NH4OH + NH3
|
|
|
|
|
+ NaOH lebih +
HCl
|
|
|
5.6
Sampel F
|
|
|
|
|
|
|
|
5.7
Sampel G
|
|
|
5.8
Sampel H
|
|
|
|
|
|
|
6. Pembahasan
Dengan analisis kualitatif kita
dapat mengidentifikasi suatu senyawa dalam sampel yang tidak kita ketahui.
Analisis kualitatif dapat diklasifiksikan dengan dasar metode analisis atau
diklasifikasikan berdasarkan skala analisisnya.
6.1
Identifikasi
Sampel A
Identifikasi
pada sampel A dengan menambahkan KSCN, NaOH, dan K2CrO4
dan ketika ditambahkan, terjadi perubahan yang diperkirakan terdapat ion Co2+,
yang dapat dibuktikan dengan gambar berikut ini.
Gambar 1. Sampel A
ditambah NaOH
Dengan menambahkan
NaOH pada keadaan dingin, sampel menghasilkan endapan garam basa biru. Adanya
endapan berarti hasil kali kelarutan konsentrasinya sudah melebihi Ksp.
Co2+ + OH-
+ NO3- → Co(OH)2NO3↓
Ketika ditambahkan
NaOH berlebih dan dipanaskan, garam basa itu diubah menjadit kobalt(II)
hidroksida yang berwarna merah jambu. Reaksi yang terjadi :
Co(OH)2NO3↓
+
OH- → Co(OH)2
+ NO3-
Tetapi, sedikit
endapan melarut dalam larutan. Hidroksida ini perlahan-lahan berubah menjadi kobalt(III)
hidroksida yang berwarna hitam kecoklatan, ketika terbuka terhadap udara.
4Co(OH)2↓ + O2 + 2H2O → 4Co(OH)3↓
Serta sampel baru
yang ditambahkan KNO3 menghasilkan endapan kuning
heksanitritokobaltat(III). Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap, mula-mula
nitri mengoksidasi kobalt(II) menjadi kobalt(III):
Co2+ + NO2-
+ 2H+
→ Co3+ + NO2↑
+ H2O
Kemudian ion kobalt(III)
bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+ + 6NO2- + 3K+ → K3[Co
NO2 )6]
Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa
sampel A terdapat ion Co2+.
6.2
Identifikasi
Sampel B
Sampel
B akan diuji menggunakan larutan NH3, NaOH, dan KI. Ketika
diambahkan reagen, terbentuk endapan putih yang dapat dibuktikan dengan gambar
dibawah ini.
.
Gambar
2. Sampel B sebelum dan sesudah ditambah NH3
Sampel
ditambahkan dengan NH3 akan membentuk endapan putih Cd(OH)2,
dengan reaksi:
Cd2+ + 2NH3 + H2O →
Cd(OH)2↓ + NH4+
Endapan
terbentuk karena Ksp menurun dan ion-ionnya berada dalam kesetimbangan di air.
Ketika ditambahkan NH3 berlebih kesetimbangan akan bertambah maka endapan
akan larut. Ketika sampel ditambahkan
NaOH akan membentuk endapan putih. Endapan ini didapatkan karena lebih jenuhnya
hasil kali ion daripada Kspnya. Reaksi yang terjadi:
Cd2+ +
2OH- → Cd(OH)2↓.
Endapan ini akan membuat ikatan
jenuh karena ion Cd2+ berasal dari unsur logam, sehingga ditambahkannya
NaOH berlebih akan membuat endapan larut. Ditambahkannya larutan KI tidak
mehasilkan endapan. Hal ini yang membedakan Cd2+ dan Cu2+. Dari
pengujian diatas, maka dapat diketahui bahwa dalam sampel B ter dapat ion Cd2+
.
6.3
Identifikasi
Sampel C
Pada
sampel C, pengujian dilakukan dengan menggunakan reagen NaOH dan NH4OH.
Diperkirakan terdapat ion Ni2+, karena membentuk endapan hijau, yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar
3. Sampel C ditambah NaOH
Sampel ditambahkannya
NaOH ternyata menghasilkan endapan hijau namun endapan tidak larut dalam reagen
yang berlebih, begitupun dengan ditambahkannya NH4OH juga
menghasilkan endapan hijau. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks
yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing
menyebabkan kelarutan endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi
reaksi kimia antara endapan dengan ion asing. Jika hasil kali ion lebih besar
dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk endapan,
sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka
endapan tidak akan terbentuk. Reaksi yang terjadi:
Ni2+ + 2OH-
→ Ni(OH)2↓
Ni2+ + 2NH4OH → Ni(OH)2↓.
Adanya endapan hijau diketahui adanya ion Ni2+
dalam sampel.
6.4
Identifikasi
Sampel D
Identifikasi
pada sampel D ini diperkirakan terdapat ion CO32-, oleh
karena itu, diuji menggunakan larutan Ba(OH)2. Sampel ditambahkan
larutan Kalium kromat, warna larutan sampel berwarna kuning pada kesetimbangan,
dan diuji dengan memanaskan sampel yang terhubung dengan Ba(OH)2 seperti pada gambar
dibawah ini.
Gambar
4. Sampel D dipanaskan
Warna ini karena pada
awalnya sampel berwarna putih, ditambahkan dengan reagen yang berwarna kuning
kalium kromat. Ketika ditambahkan asam sulfat dengan konsentrasi 2M larutan
berubah menjadi warna orange. Kemudian tabung reaksi ini akan disambungkan
denga pipa pengalir ke tabung reaksi yang berisi Ba(OH)2 untuk
dipanaskan. Setelah tabung sampel dipanaskan ternyata larutan Ba(OH)2
menjadi keruh. Adanya kekeruhan karena uap yang berasal dari sampel membawa ion
CO32- dan berikatan dengan ion Ba2+. Reaksi
yang terjadi:
K2CrO4
+ CO32- → K2CO3 +
CrO42-.
Ketika ditambahkan
asam: CO32- + 2H+ →
CO2 + H2O.
Dan ketika dipanaskan
terjadi reaksi: Ba(OH)2 + CO32- + 2OH- → BaCO3↓ + H2O. Dengan keruhnya BaOH dapat
dibuktikan bahwa sampel mangandung anion CO32-. Ketika
pengaliran karbondioksida terlalu lama, kekeruhan akan hilang karena
terbentuknya hidrogen karbonat dengan reaksi :
CaCO3↓ + CO2
+ H2O → Ca2+
+ 2HCO3-
6.5
Identifikasi
Sampel E
Pada
percobaan sampel E, digunakan larutan uji NaOH, (NH4)2CO3,
NH4OH, dan NH3 Diperkirakan pada sampel E terdapat ion Mg2+.
Pertama larutan ditambahkan titan kuning. Titan kuning adalah zat pewarna
kuning didalam air. Ia diabsorbsi oleh magnesium hidroksida, menghasilkan warna
atau endapan merah tua. Untuk lebih
membuktikan adanya ion Mg2+, dilakukan percobaan yang kedua yaitu dengan
menambahkan (NH4)2CO3, yang ternyata
terbentuk endapan putih magnesium karbonat basa. Hal ini terbentuk dari reaksi:
5Mg2+
+ 6CO3
+ 7H2O → MgCO3.Mg(OH)2.5 H2O
↓ + 2HCO3-.
Dari
reaksi identifikasi tersebut menandakan bahwa ion Mg2+ mengikat ion
CO32- sehingga dapat membentuk endapan berwarna putih. Pembuktian
selanjutnya menggunakan larutan NaOH pada sampel. Ternyata sampel membentuk
endapan putih, dengan reaksi :
Mg2+ + 2OH- → Mg(OH)2↓ + 2NH4+.
Endapan
terbentuk karena setelah kedua ion itu berikatan maka kelarutan akan berkurang
sehingga setelah di tambah dengan NaOH berlebih akan membuat kelarutan dari
sampel akan semakin berkurang dan akan ditutupi oleh endapan. Pada penambahan
NH4OH perubahan yang terjadi sama dengan NaOH. Ketika ditambahkan NH3
terbentuk endapan putih, ternyatan amoniak akan mempengaruhi kelarutan sehingga
ion Mg2+ akan membentuk endapan dengan amoniak. Reaksi terbentuk:
Mg2+ + 2NH3 + 2H2O → Mg(OH)2↓ + 2NH4+.
Dari pengamatan
yang dilakukan diketahui bahwa sampel E mengandung ion Mg2+.
6.6
Identifikasi
Sampel F
Untuk
identifikasi sampel F dilakukan penambahan NaOH, NH3, dan H3PO4.
Diperkirakan sampel mengandung ion Zn2+. Sampel F ditambahkan dengan
larutan NaOH akan membentuk endapan seperti gelatin putih karena ion logam Zn2+
akan berikatan. Reaksi yang terbentuk:
Zn2+ +
2OH- ↔ Zn(OH)2↓ .
Endapan
larut dalam asam terjadi reaksi sebagai berikut: Zn(OH)2↓ + 2OH- ↔ Zn2+ + 2H2O. Selain itu, endapan larut
dalam reagen yan berlebihan dengan reaksi:
Zn(OH)2↓ +
2OH- ↔ [Zn(OH)4]2-
Jadi
dapat diketahui, bahwa sampel mengandung Zn2+ yang bersifat amfoter.
Uji adanya Zn2+ kedua dengan menambahkan larutan H3PO4
pada sampel, ternyata terbentuk endapan zink fosfat. Reaksi yang terbentuk:
3Zn2+ + 2H3PO4 ↔
Zn3(PO4)2↓ +
6H+.
Percobaan
berikutnya menggunakan amoniak. Terbentuk endapan putih yang mudah larut dalam
reagen yang berlebihan. Ciri khas adanya ion Zn2+ bahwa bila
ditambahkan amoniak ion ini tidak dapat mempertahankan ikatan dengan reaksi
pengendpan, karena akan kembali menjadi larutan jika dibiarkan. Reaksi yang
terbentuk:
Zn2+ +
2NH3 + 2H2O ↔ Zn(OH)2↓ + 2NH4+.
Ketika
dalam pereaksi yang berlebih, terjadi reaksi: Zn(OH)2↓ + 4NH3+ ↔ [Zn(NH3)2]2+↓ + 2H+
Jadi,
dapat diidentifikasi pada sampel F terdapat ion Zn2+ yang termasukpada golongan III.
6.7
Identifikasi
Sampel G
Identifikasi
sampel G dilakukan dengan menambahkan larutan CH3COOH dan BaCl2,
diperkirakan terdapat ion CrO42-. Ketika ditambahkan
reagen CH3COOH, terjadi perubahan warna seperti pada gambar dibawah
ini.
Gambar
5. Sampel G ditambah CH3COOH
Pada
saat menambahkan CH3COOH pada sampel akan membuat larutan berwarna
orange, hal ini karena terjadi reaksi pencampuran yaitu :
CrO42- +
H+ + → H2CrO4
Larutan
tersebut berada pada kesetimbangan. Hal ini dapat diidentifikasi adanya ion CrO42-.
Ketika ditambahkan larutan BaCl2 terbentuk endapan kuning muda BaCrO4.
Endapan terbentuk karena larutan sudah lewat jenuh atau hasil kali
konsentrasinya yang lebih besar daripada tetapan Ksp larutan tersebut.. Reaksi yang
terbentuk :
CrO42- +
Ba2+ → BaCrO4↓ .
Dari uji reagen yang ditambahkan
maka dapat diidentifikasi bahwa dalam sampel terdapat ion anion yaitu CrO42-
6.8
Identifikasi
Sampel H
Pada
sampel H akan dilakukan uji dengan menambahkan dengan H2SO4,
NH3, K2CrO4. Sampel ini diperkirakan terdapat ion Sr2+.
Sampel pertama-tama diuji dengan H2SO4 akan menghasilkan
endapan putih SrSO4↓.
Reaksi yang
terjadi : Sr2+ +
SO42-
→ SrSO4↓.
Jika
disaring, terdapat endapan putih yang dapat larut dalam HCl. Untuk membuktikan adanya ion ini, maka ditambahkan
larutan amoniak di dalam sampel. Hasilnya, sampel tidak terbentuk endapan, yang
artinya sampel positif mengandung ion Sr2+. Setelah itu, percobaan dilanjutkan dengan
menambahkan K2CrO4 untuk lebih membuktikan. Ternyata terbentuk
endapan kuning SrCrO4↓.
Reaksi
yang terbentuk: Sr2+ + K2CrO4 →
SrCrO4↓.
Dari
percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam sampel H terdapat ion Sr2+
golongan IV karena kation ini akan larut dalam keadan asam.
7.
Kesimpulan
Setelah
menguji sampel yang ada, maka dapat diketahui bahwa kation dan anion yang
terdapat didalam sampel adalah sampel A merupakan golongan III (Co2+),
sampel B merupakan golongan II (Cd2+), sampel C merupakan
golongan III (Ni2+), sampel D merupakan anion (CO32+),
sampel E merupakan golongan V (Mg2+), sampel F merupakan golongan
III (Zn2+), sampel G merupakan anion (CrO42+)
dan sampel H merupakan golongan IV (Sr2+).
Referensi
Anonim, 2011 .Konsep Dasar Analisis Kimia Kualitatif dan Kuantitatif. [Online] Tersedia
:http://gabusstreat.blogspot.com.
Appriyoannita,S. (2012). Analisis
Kualitatif. [Online] Tersedia : http:// siskaapriyoannita.wordpress.com.
Himakimia, 2012. Reaksi Identifikasi Kation dan Anion. [Online] Tersedia
:http://himakimaumc.blogspot.com.
Lukum,A. 2005. Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik.
Jurusan Kimia : UNG.
Muhridaja,I. (2012). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif.[Online] Tersedia:http:/ichamuhridja.blogspot.com.
Simeulue,T. (2013). Konsep Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. [Online] Tersedia
:http://tomyputraalanfata.blogspot.com.
Teaching,T. (2010). Konsep Dasar Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif. Jurusan Kimia : UNG
Underwood, A.L & R.A Day. (1988). Analisa Kimia
Kuantitatif (Terjemahan). Jakarta : Erlangga
Vogel.(1996). Qualitative Inorganik Analysis, Seventh
Edition. New York : Longman Publishers
Wiryawan A. (2008).
Kimia Analitik. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah.
[1] Astin Lukum, Bahan Ajar Dasar-dasar Kimia Analitik, (Gorontalo : UNG, 2008)
hal.1-3
[2] Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif, ( Erlangga : Jakarta, 1988), hal.4
[3] Team teaching, Penuntun Praktikum, ( Gorontalo : UNG, 2010), hal. 5-6
[4] Siska apriyoanita, Analisis Kualitatif, (Online)
[5] Himakimia, Reaksi Identifikasi Kation dan Anion, (Online)
[6] Vogel, Qualitatif Inorganic Analysis, (New York, 1987), hal 59-60.
[8] Anonim, Konsep Dasar Analisis Kimia Kualitatif dan Kuntitatif,(Online).
[9] Adam Wiryawan, Kimia Analitik, (Dirjen Pendidikan:Jakarta,2008) hal.4
[10] Icha Muhridja, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif, (Online)
Langganan:
Postingan (Atom)